Pengertian serta istilah dari psikologi pasar sering digunakan atau dibicarakan oleh siapapun terutama bagi para analis keuangan dimana untuk menjelaskan arah pergerakan pasar yang disebabkan oleh faktor fundamental, akan tetapi ada beberapa indikator teknikal diklaim bisa memudahkan para trader maupun para investor di dalam memperkirakan arah harga dengan lebih akurat berdasarkan perubahan sentimen.
Pernyataan tersebut sangat didasarkan oleh alasan bahwa, pergerakan suatu harga dan volume merupakan suatu perubahan atau pergeseran dari sebuah sentimen, seperti ketakutan maupun keserakahan. Akan tetapi secara sebenarnya, setiap indikator teknikal diciptakan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi pasar, sehingga pemahaman mengenai perilaku harga di pasar dapat diketahui dengan memahami dasar penggunaan alat penanda teknikal tersebut.
Konten Artikel
Pada artikel kali ini, kita akan membahas pemahaman dasar mengenai psikologi pasar, beserta beberapa indikator teknikal yang dapat mempermudah Anda memahami makna dari setiap pergerakan harga suatu aset di pasar.
Perbedaan Utama Psikologi Pasar dan Psikologi Trading
Berdasarkan teori keuangan konvensional dimana terdapat asumsi bahwa suatu harga selalu didasarkan pada pertimbangan rasional, akan tetapi kemudian gagal memperhitungkan dampak irasional kecenderungan psikologis trading secara global. Oleh karena itu, walalupuni keduanya sama-sama perilaku yang didasari faktor emosional dan mental seperti keserakahan, ketakutan, kecemasan, dan keraguan, akan tetapi keduanya tidak bisa disamakan.
Pada prinsipnya nilai dari psikologi pasar akan lebih mengacu pada suatu perilaku dan sentimen para pelaku pasar secara global, dimana akan mempengaruhi perubahan arah suatu trend harga. Sedangkan psikologi trading hanya dilihat dan berpengaruh pada satu individu saja.
Pada penjelasan dibawah ini, kita akan melihat beberapa indikator yang biasa trader gunakan untuk memahami psikologi pasar secara mudah.
Moving Averange Convergence Divergence (MACD)
Moving Averange Convergence Divergence atau disingkat MACD merupakan indikator teknikal yang sangat simpel yang menggambarkan hubungan antara dua moving average pada sebuah sebuah trend harga. Karena dua moving average yang terdapat dalam indikator ini bisa kita digunakan untuk melihat tren dan momentum, oleh karena itu MACD juga sering dipakai guna memprediksi kapan harga akan bersifat bullish atau bearish.
Gambar 1 – Indikator MACD
Kita bisa membaca lebih lanjut tentang indikator MACD pada artikel “Penggunaan Indikator MACD (Moving Average Convergence/Divergence)”.
ADX
Indikator ini adalah salah satu indikator buatan J. Welles Wilder yang sangat sederhana dan sering digunakan untuk mengetahui arah dan mengukur kekuatan suatu trend. Walaupun Averange Directional Index atau ADX tergolong indikator lagging atau indikator yang terlambat dalam mengantisipasi pergerakan harga, akan tetapi masih cukup bisa diandalkan kerena keefektifannya dalam hal mengetahui psikologi pasar. Pada dasarnya, indikator ini akan menunjukkan kapan trend mulai terjadi dan melemah, hingga seberapa kekuatan tren tersebut.
Gambar 2 – Indikator ADX
Kita bisa membaca lebih lanjut tentang indikator ADX pada artikel “Indikator Trend Sideways”.
Momentum
Indikator Momentum kadang disebut dengan istilah Rate of Change (ROC), hal ini dikarenakan untuk mengukur persentase perubahan harga antara harga saat ini dengan harga beberapa periode sebelumnya. Cara penggunaan indikator ini sangat mudah, dimana garis momentum akan naik ketika arah trend sedang kuat, dan sebaliknya akan turun saat trend melemah. Oleh karena itu, indikator Momentum dianggap bisa menjadi alat untuk mengetahui psikologi pasar.
Gambar 3 – Indikator Momentum
Williams Percent Range
Indikator Williams Percent Range atau %R, adalah indikator yang sangat fokus pada harga penutupan sebagai konsep dasar pembuatannya. Indikator ini dibuat oleh Larry Williams berfungsi untuk menunjukkan hubungan antara harga penutupan dan range harga, sehingga %R mampu memprediksi pembalikan arah harga dari beberapa candle sebelum benar-benar terjadi reversal, melalui kondisi overbought dan oversold.
Gambar 4 – Indikator Williams Percent Range (%R)
Kita bisa membaca lebih lanjut tentang indikator Williams Percent Range (%R) pada artikel “Pengantar Williams Percent Range (%R)”.
Stochastic
Mirip dengan William Percent Range, indikator Stochastic juga sering digunakan untuk mendeteksi adanya potensi trend reversal. Dengan menunjukkan kondisi overbought dan oversold, Stochastic menjadi acuan untuk kekuatan trend dimana apakah trend yang kuat akan berlanjut atau berbalik arah. Apabila harga penutupan jauh dengan harga terendah pada kondisi oversold, maka kemungkinan besar harga akan berbalik arah. Begitu pula dengan sebaliknya.
Gambar 5 – Indikator Stochastic
Kita bisa membaca lebih lanjut tentang indikator Stochastic pada artikel “Penggunaan dan Fungsi Indikator Stochastic dalam Trading”.
Relative Strength Index (RSI)
Indikator lainnya yang bisa digunakan untuk mengukur sentimen psikologi pasar dengan cara yang secara fundamental dimana sangat mirip dengan Williams %R yaitu Relative Strength Index atau RSI. Indikator ini bisa memperlihatkan kondisi pasar melalui kondisi overbought dan oversold. Menggunakan harga penutupan sebagai penentuan kondisi, indikator ini dianggap bisa membantu Anda untuk mengetahui psikologi pasar dan mengantisipasi perubahan sentimen pasar.
Gambar 6 – Indikator RSI
Kita bisa membaca lebih lanjut tentang indikator RSI pada artikel “Penggunaan Indikator Relative Strength Index (RSI) Dalam Trading”.
Volume
Ini adalah salah satu indikator yang terbaik dimana dapat mengetahui sentimen psikologi pasar. Indikator Volume memperhitungkan total volume perdagangan. Indikator ini merupakan visualisasi ukuran keadaan emosional sebagian besar investor, yang memiliki pengaruh pada arah pergerakan harga. Apabila Volume menunjukkan total volume perdagangan yang rendah, kemungkinan tren akan bertahan lebih lama.
Gambar 7 – Indikator Volume
Selain itu, indikator volume juga bisa membantu mengonfirmasi validitas sebuah trend serta dapat mengidentifikasi level support dan resistance. Misalnya, apabila harga telah jatuh ke level support dan volume meningkat tanpa banyak pergerakan harga, maka dapat mengindikasikan suatu konsolidasi atau sering diartikan sebagai keragu-raguan pasar.
Kesimpulan
Disaat menggunakan analisa teknikal sering dilakukan dengan memperhatikan pergerakan grafik harga untuk menemukan pola yang menunjukkan arah pergerakan trend. Para pencipta indikator sangat percaya bahwa pola kelanjutan trend serta pembalikan arah merupakan hasil data dari psikologi pasar yang diolah dalam sebuah indikator.
Dan pada akhirnya grafik sebuah harga akan dianggap sebagai suatu visualisasi dari emosi yang dimiliki oleh para trader secara keseluruhan. Dari pemaparan indikator diatas maka kita bisa melihat bagaimana seluruh pelaku pasar bereaksi terhadap ekspektasi pada masa yang akan datang. Demikian penjelasan singkat yang bisa disajikan untuk Anda, semoga artikel tentang Indikator Yang Digunakan Untuk Mengetahui Psikologi Pasar bermanfaat untuk kita semua.