AMarkets App

AMarkets App

Aplikasi perdagangan terbaik

peringkat aplikasi

Apa itu Indikator Moving Average dan Penggunaanya dalam Trading

Dari sekian banyak indikator yang tersedia, Moving Average (MA) adalah salah satu indikator trend yang paling popular dan banyak digunakan oleh para trader. Banyak terjadi kesalahan saat penggunaan indikator ini, terutama bagi trader pemula. Akan tetapi Moving Average sebenarnya dapat menjadi indikator yang powerfull jika dapat menggunakannya dengan tepat.

Moving Average merupakan indikator teknikal yang sering digunakan dalam mengidentifikasi arah trend dan paling sering digunakan. Penggunaan Moving Average adalah salah satu cara untuk memperhalus fluktiasi harga dan membantu membedakan antara “noise” yang biasa terjadi di pasar dengan trend reversal sebenarnya.

Berdasarkan definisi maka moving average sendiri adalah pergerakan rata-rata dari sejumlah angka tetap di dalam periode tertentu. Penerapannya adalah untuk mengestimasi pergerakan trend yang terjadi dimana kita harus menentukan nilai durasi yang diinginkan sesuai dengan harapan transaksi yang diinginkan.

Jika harga bergerak uptrend, maka kurva Moving Average akan bergerak keatas, dan sebaliknya pada saat pergerakan harga downtrend, maka kurva Moving Average akan bergerak kearah bawah. Yang perlu dipahami adalah Moving Average termasuk dalam indikator repaint atau lagging indicator, sehingga terdapat kelemahan untuk memprediksi harga secara akurat.

Indikator Moving average dapat disesuaikan sepenuhnya dengan gaya trading kita, ini berarti trader dapat memilih periode waktu yang diinginkan saat menghitung rata-rata pergerakan. Periode waktu yang paling umum digunakan dalam pergerakan adalah periode 15, 20, 30, 50, 100, dan 200 hari. Semakin pendek rentang waktu yang digunakan untuk membuat rata-rata, semakin sensitif terhadap perubahan harga. Semakin lama rentang waktu, rata-rata akan semakin kurang sensitif.

Jenis Moving Average

Seperti yang teah dijelaskn sebelumnya bahwa Moving Average merupakan indikator yang berfungsi sebagai alat penghitung nilai rata-rata dari suatu pergerakan dengan sejumlah data tertentu. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam menghitung nilai rata-rata bergerak ini pun ada bermacam-macam jenisnya, antara lain

  • Simple Moving Average (SMA)
  • Exponential Moving Average (EMA)
  • Linear Weighted Moving Average (WMA)

Model yang disebutkan diatas mempunyai cara perhitungan dan keunggulan masing-masing. Penjelasan tentang jenis Moving Average tersebut bisa anda simak dibawah ini:

Simple Moving Average (SMA)

Simple moving average (SMA) adalah salah satu indikator moving average yang paling sederhana dan banyak digunakan oleh trader di dalam trading. Simple moving average dihasilkan melalui perhitungan harga rata-rata yang bergerak dalam suatu periode tertentu. Kebanyakan moving average didasarkan pada harga penutupan.

Formula:

SMA = SUM (CLOSE (i), N) / N

Dimana:

  • SUM — jumlah;
  • CLOSE (i) — harga penutupan periode saat ini;
  • N — jumlah periode perhitungan.

Misalnya, simple moving average 5 hari adalah jumlah harga penutupan lima hari dibagi lima. Sesuai dengan namanya, moving average adalah rata-rata yang bergerak. Data lama dihilangkan saat data baru tersedia, menyebabkan rata-rata bergerak sepanjang skala waktu.

Periode yang paling sering digunakan para trader dalam penggunaan Simple Moving Average (SMA) adalah periode SMA 50 dan SMA 200. Dimana kedua indikator tersebut bisa diterapkan sebagai acuan untuk entry karena dianggap bisa membantu mengurangi “noise” di dalam pergerakan pasar. Adapun untuk SMA 50 bisa dikatakan lebih responsif dibandingkan SMA 200, bisa diperhatikan lewat gambar berikut:

Gambar 1 – Gambar SMA 50 dan 200

Exponential Moving Average (EMA)

Exponential Moving Average (EMA) adalah jenis Moving Average yang menempatkan bobot lebih besar dan signifikansi pada titik data terbaru. Rata-rata bergerak eksponensial juga disebut sebagai rata-rata bergerak tertimbang secara eksponensial.

EMA memiliki perhitungan yang lebih kompleks, serta kemampuan untuk lebih responsif terhadap pergerakan harga terbaru dibandingkan Simple Moving Average. Perhitungannya dilakukan berdasarkan rata-rata pergerakan harga dalam periode tertentu, kemudian ditambahkan lagi dengan multiplier (pembobotan).

Formula:

EMA = (CLOSE (i) * P) + (EMA (i – 1) * (1 – P))

Dimana:

  • CLOSE (i) — harga penutupan periode saat ini;
  • EMA (i – 1) — nilai Moving Average periode sebelumnya;
  • P — persentase penggunaan nilai harga.

Rata-rata bergerak eksponensial adalah jenis rata-rata bergerak yang memberi bobot lebih pada harga terkini dalam upaya membuatnya lebih responsif terhadap informasi baru. Untuk menghitung EMA, Anda harus terlebih dahulu menghitung rata-rata bergerak sederhana (SMA) selama periode waktu tertentu. Selanjutnya, Anda harus menghitung pengali untuk pembobotan EMA. Dengan demikian, EMA memberikan bobot yang lebih tinggi pada harga terkini, sedangkan SMA memberikan bobot yang sama untuk semua nilai.

Sama seperti SMA, EMA dihitung berdasarkan nilai rata-rata pergerakan harga dalam periode tertentu, tetapi ditambahkan pembobotan (Multiplier) lebih tinggi bagi harga yang lebih baru. Dengan begitu, EMA bisa menghasilkan pembacaan yang ‘lebih halus’ dibandingkan SMA. Indikator EMA lebih populer dibanding SMA, terutama bagi para trader harian yang lebih banyak mengandalkan sinyal trading cepat nan akurat.

Weighted Moving Average (EMA)

Selain SMA dan EMA, ada juga WMA. Perhitungan WMA diambil berdasarkan pembagian dari jumlah keseluruhan periode. Misalnya, WMA dengan periode 3 hari artinya: menghitung jumlah seluruh data dibagi jumlah periode. Dibandingkan dengan SMA, WMA lebih sensitif sehingga lebih cepat dalam menghasilkan sinyal. Namun perlu diperhatikan bahwa WMA memiliki lebih banyak Noise.

Weighted moving average dihitung dengan mengalikan masing-masing harga penutupan dalam seri yang dipertimbangkan, dengan koefisien bobot tertentu:

Formula:

WMA = SUM (CLOSE (i) * i, N) / SUM (i, N)

Dimana:

  • SUM — jumlah;
  • CLOSE(i) — harga penutupan saat ini;
  • SUM (i, N) — jumlah total koefisien bobot;
  • N — periode.

Pembobotan nilai pada WMA akan tergantung pada panjang periode yang kita tetapkan. Semakin panjang periode yang ditetapkan, maka semakin besar pula pembobotan yang diberikan pada data terbaru. Perhitungan Weighted Moving Average mengacu pada jumlah semua harga penutupan, dikalikan dengan posisi titik data dan dibagi dengan jumlah periode yang digunakan.

Kegunaan Moving Average Yang Banyak Digunakan Trader

Berbagai fungsi dari Moving Average yang bermanfaat dan sering digunakan oleh trader adalah: sebagai pendeteksi tren, penentu nilai tengah harga, serta patokan untuk masuk ke pasar. Karena indikator ini sering digunakan oleh para trader, oleh karena itu trader tidak perlu lagi kesusahan menghitung secara manual. Semua platform trading telah memiliki indikator Moving Average yang secara otomatis menghitungkan hasil sesuai dengan periode yang kita inginkan. Di bawah ini adalah cara penggunaan dan cara penerapan fungsi Moving Average yang sering digunakan oleh para trader:

Mendeteksi Tren Yang Terjadi

Sebagai sebuah indikator yang sifatnya “menghaluskan” pergerakan grafik, maka fungsi Moving Average yang sangat membantu para trader adalah untuk mendeteksi suatu arah trend. Mekanismue dasar yang menjadi acuan adalah: jika garis MA memiliki kecenderung naik, berarti arah trend mengarah ke trend Bullish. Sebaliknya jika garis Moving Average memiliki kecenderungan turun, berarti arah trend mengarah ke tren Bearish. Namun apabila Moving Average membentuk pola bukit dan lembah secara simultan, berarti trend cenderung Sideways.

Untuk mendapatkan fungsi Moving Average yang kita harapkan, Time Frame dan periode dari indikator ini bisa diatur untuk mendeteksi trend dalam jangka waktu tertentu.

Gambar 2 – Bullish Trend

Gambar 3 – Bearish Trend

Menentukan Nilai Tengah Harga

Situasi dimana market Sideways, kita bisa menggunakan Moving Average dengan periode 200 di time frame rendah (misalnya 15 menit), sebagai nilai tengah yang nantinya bisa menjadi patokan bahwa harga akan bolak-balik menembus SMA200 tersebut. Pada gambar di bawah ini, kita memakai perpaduan antara indikator SMA dan Parabolic SAR untuk melihat nilai tengah harga yang sering muncul:

Gambar 4 – Penentuan Nilai Tengah Harga

Crossing Moving Average Sebagai Entry Point Market

Penggunaan Moving Average sangat efektif apabila digunakan pada pasar trending, dan sebaliknya akan mengalami sangat banyak “Fake Signal” saat pasar sedang Sideways. Oleh karena itu, periode dikombinasikan untuk mendapat fungsi Moving Average yang maksimal. Salah satu metode yang sering digunakan adalah dengan memperhatikan crossing dua titik Moving Average.

Gambar 5 – Crossing Moving Average

Kesimpulan

Banyak sekali penggunaan analisa teknikal yang bisa digunakan oleh kita sebagai panduan dalam trading. Cara open posisi dengan menggunakan moving average adalah salah satu dari banyak metode analisa teknikal dalam trading. Hampir sebagian besar trader yang menggunakan indikator moving average dengan cara yang berbeda. Semua tergantung dari style trading serta cara untuk mengartikan serta memanfaatkan semua informasi yang diperoleh dari setiap indikator.

Oleh karena itu, apapun cara trading yang kita gunakan terutama saat menggunakan indikator moving average, harap diingat bahwa penggunaan indikator moving average ini hanyalah sebagai sarana identifikasi semata dan jangan dijadikan patokan pasti, apalagi dianggap sebagai kunci dalam trading kita karena indikator hanya merupakan alat bantu dalam mengidentifikasikan pergerakan dan bukan merupakan penentu dalam pergerakan harga suatu pasar. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua.